Yogyakarta, ID agustiekadyahlarasati@gmail.com +62

“The secret of life, though, is to fall seven times and to get up eight times.” ― Paulo Coelho, The Alchemist

Selasa, 29 September 2015

Refleksi Kuliah Kedua Philosophy of Mathematics Education bersama Prof. Marsigit,M.A, Kelas Pendidikan Matematika Internasional di Ruang PPG 2, Selasa, 22 September 2015



Ikhlas Dalam Belajar
Oleh : Agusti Eka Dyah Larasati

Pertama-tama, Prof. Marsigit menyampaikan bahwa belajar filsafat  itu membutuhkan dua keikhlasan ikhas hati dan ikhlas pikiran. Yang dinilai untuk mengukur keihlasan hati dan pikiran tersebut adalah kehadiran, motivasi belajar (membaca artikel dan membuat komentar), dan keseriusan. Dalam elegi-elegi Ritual Ikhlas yang ada di blog powermathematics.blogspot.co.id telah dijelaskan prinsip-prinsip keikhlasan. Ikhlas seharusnya harus didasari dengan ikhlas hati dan ikhlas pikir.
Dalam artikel yang berjudul elegi ritual ikhlas 38 : Menggapai Pikiran Ikhlas disebutkan bahwa Ikhlas dalam pikiran adalah kesiapan dalam meyusun anti-sintesis dari pengetahuan yang kita miliki serta membuat sintesis antara tesis dan anti-tesis. Keikhlasan adalah suatu yang besar, namun semua manusia harus berusaha untuk ikhlas, walaupun tidak akan ada manusia yang memiliki keikhlasan yang sempurna.Berbuat ikhlas memang sulit, namun ketika kita ikhlas dalam melakukan apapun, termasuk dalam belajar filsafat ini, maka apa ilmu yang kita dapat pun akan semakin membawa berkah bagi kita.
Dari uraian tersebut menimbulkan pertanyaan, bagaimana agar kita sebagai manusia bisa ikhlas? Prof. Marsigit pun menjawab dengan memaparkan pengalaman hidupnya. Salah satu penghambat munculnya keikhlasan adalah setan. Maka untuk mencapai suatu keikhlasan, kita sebagaimanusia harus selalu menghindar dari berbagai godaan setan. Cara untuk menghindar dari godaan setan adalah dengan menguatkan bagian spiritual diri kita. Senantiasa mendekatkan diri pada Allah Maha Esa, selalu memanjatkan doa agar selalu diberi perlindungan terhadap godaan setan.  Selalu berusaha agar semua perbuatan yang dilakukan adalah karena cinta kepada Allah, semua perbuatan ditujukan untuk menggapai ridho Allah.
Jika belajar didasarkan untuk menggapai ridho Allah, kita tidak akan kecewa dengan hasil belajar yang mungkin belum mencapai target, kita akan terus memperbaiki hal tersebut. Begitu juga dengan belajar filsafat, jika dijalankan dengan tujuan menggapai ridho Allah, maka belajar filsafat akan dijalani dengan serius dan penuh motivasi. Selain itu, belajar filsafat tidak hanya akan menghasilkan ilmu, melainkan manfaat-manfaat lain dan yang paling penting adalah berkah dari Allah Yang Maha Esa.
Kesimpulannya keikhlasan harus diperjuangkan dengan istiqomah. Terus bekali diri dengan ibadah-ibadah. Karena keikhlasan adalah modal utama dalam belajar apapun, tidak hanya filsafat.

0 komentar:

Posting Komentar

Search This Blog

Popular Posts

Recent Posts

Followers