Yogyakarta, ID agustiekadyahlarasati@gmail.com +62

“The secret of life, though, is to fall seven times and to get up eight times.” ― Paulo Coelho, The Alchemist

Senin, 23 November 2015

Fenomena Comte dalam Kehidupan




Pernah saya membaca elegi mengenai Comte di dalam blog milik Prof. Dr. Marsigit,M.A.  Elegi tersebut berjudul “Elegi Bendungan Komte dan Sungai Positive”. Keyakinan Comte ini sering disebut dengan positivisme. Positivisme sendiri adalah paham yang cenderung untuk membatasi manusia dalam pencarian ilmu pengetahuannya. Comte hanya mengakui tentang kebenaran hal-hal yang telah melalui metode ilmu pengetahuan yang sangat ketat, atau pengetahuan yang didasarkan oleh pengalaman aktual dan benar-benar terjadi. Dengan kata lain, sesuatu yang tidak bersifat aktual dan fakta akan dikesampingkan. 


Dewasa ini, tanpa disadari kita masih mengikuti pemikiran-pemikiran dari Comte. Kita menggunakan pikiran-pikiran kita, namun meminggirkan hati nurani maupun spiritualitas kita. Dalam kehidupan saya, ada beberapa hal yang menunjukan masih adanya fenomena Comte. Fenomena Comte bahkan sudah terjadi saat terbangun dari tidur. Seharusnya setelah bangun tidur, kita langsung berdoa dan bersyukur telah diberi kesempatan untuk terbangun. Tanpa  disadari, sebangun tidur, justru handphone lah yang pertama dicari. Entah untuk sekedar melihat jam atau pemberitahuan-pemberitahuan dari social media yang dimiliki. Hal ini, terlihat jika spiritualitas telah dikesampingkan, dan mendahulukan hal duniawi. 

Kemudian, fenomena Comte juga terjadi saat kita mendahulukan apapun disamping beribadah. Misalnya, saat menonton film di bioskop, karena alasan tidak ingin ketinggalan alur cerita, waktu sholat menjadi terabaikan. Selain itu, seringkali kita hanya terfokus pada timeline social media. Terlalu asyik mengamati pembaruan-pembaruan yang ada di social media, tanpa disadari sudah lama kita tidak membuka kitab suci Al-Quran. 

Masih banyak lagi fenomena comte yang belum disebutkan. Semoga dengan membaca artikel ini, dapat disadari bahwa keseimbangan antara pikiran dengan hati nurani sangatlah diperlukan. Sesungguhnya hidup di dunia ini hanyalah sementara, yang kekal adalah kehidupan di akhirat. Maka, jangan hanya mengejar kebutuhan duniawi, kejarlah bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.

0 komentar:

Posting Komentar

Search This Blog

Popular Posts

Recent Posts

Followers