Yogyakarta, ID agustiekadyahlarasati@gmail.com +62

“The secret of life, though, is to fall seven times and to get up eight times.” ― Paulo Coelho, The Alchemist

Sabtu, 14 November 2015

Refleksi Kuliah Philosophy of Mathematics Education bersama Prof. Marsigit,M.A, Kelas Pendidikan Matematika Internasional di Ruang PPG 2, Selasa, 10 November 2015



Pada pertemuan tanggal 10 November 2015 yang dilaksanakan pada jam 07.30 sampai dengan 09.10 diruang PPG 2 gedung laboratorium FMIPA UNY, Prof. Dr. Marsigit,M.A memaparkan banyak hal tentang filsafat di dunia. Beliau menulis bagan yang cukup rumit di papan tulis. Bagan atau skema tersebut dimulai dari objek kajian filsafat.
 
Objek belajar filsafat adalah yang ada dan mungkin ada. Jika kita berpikir filsafat, yang ada dan mungkin ada tersebut pasti memiliki sifat. Prof. Marsigit memberikan contoh dengan baju yang berwarna kuning, kuning adalah sifat dari baju, warna kuning tersebut pun masih memiliki sifat, kuning muda, kuning tua, dan seterusnya. Sifat dari warna kuning tersebut memiliki index tak hingga. Itulah objek filsafat, memiliki sifat yang tak hingga.
Semua yang ada dan mungkin ada memiliki bermilyar pangkat milyaran sifat yang tidak akan mampu disebutkan. Oleh karena itu, dalam membangun pengetahuan filsafat, kita dapat mengambil diantara sifat-sifat yang ada. Sehingga, muncul aliran reduksionisme. Aliran dalam filsafat tersebut memiliki maksud bahwa manusia dapat memilih. Manusia memang telah dibekali kemampuan untuk berpikir secara reduksi. Sehingga dalam hidupnya, manusia selalu menemui pilihan.
Hal yang ada dan mungkin ada memiliki banyak sekali sifat. Seperti yang ada memiliki sifat tetap dan yang mungkin ada bersifat berubah. Dalam hal ini, Prof. Marsigit memberi contoh, yang tetap adalah Marsigit, yang berubah adalah gelarnya, kondisi tubuh, dan lain-lain.
Hakikat sesuatu yang tetap berada dalam pikiran. Tokoh dari filsafat yang tetap ini adalah Permenides. Filsafat tersebut dinamakan permenidesienisme. Kebenaran hal yang tetap atau di dalam pikiran bersifat absolut, sehingga lahir aliran absolutisme. Tokoh dari aliran filsafat ini adalah adalah Plato.
Sedangkan hal yang berubah berada di luar pikiran. Tokoh filsafat dari segala berubah ini adalah Heraclitos, sehingga muncul aliran filsafat Heraclitosionisme. Kebenaran yang berubah bersifat riil atau nyata, sehingga lahir aliran realisme, tokohnya adalah Aristotle.
Kebenaran dalam pikiran yang bersifat tetap atau absolut contohnya adalah rumus phitagoras. Contoh yang berubah adalah pengalaman. Dari yang ada dan mungkin ada ini masing masing memiliki pendukung dan terjadi semacam ‘pertengkaran’. Terjadi perdebatan antara paham emirisme dan rasionalisme. ‘Pertengkaran’ tersebut kemudian ditengahi oleh Immanuel Kant dengan teori sintetik apriori-nya. Menurut Kant, sebenar-benar ilmu adalah pengalaman yang dipikirkan dan pikiran yang diterapkan.. Hal ini terjadi pada 1671. Kemudian terjadi fenomena bendungan kompte. Compte datang dengan ‘positivisme’nya.  Augste Compte adalah seoarang mahasiswa dropout dari satu politeknik di Paris. Fenomena ini membawa kemajan yang sangat pesat di peradaban dunia.
            Fenomena ini juga menghasilkan adanya powernow. Powernow meletakkan spiritual di tingkat atau bagian paling bawah. Contoh fenomena komte yang terdapat di kehidupan sehari hari dapat di baca di artikel selanjutnya di blog ini.
            Demikian refleksi ini, semoga dapat memberi manfaat. Aamiin ...

Terima kasih :)

0 komentar:

Posting Komentar

Search This Blog

Popular Posts

Recent Posts

Followers