Yogyakarta, ID agustiekadyahlarasati@gmail.com +62

“The secret of life, though, is to fall seven times and to get up eight times.” ― Paulo Coelho, The Alchemist

Selasa, 22 September 2015

Refleksi Kuliah Pertama Philosophy of Mathematics Education bersama Prof. Marsigit,M.A, Kelas Pendidikan Matematika Internasional di Ruang PPG 2, Selasa, 15 September 2015.



 
Introduction to Philosophy of Mathematics Education
Oleh : Agusti Eka Dyah Larasati

Pertemuan pertama di isi dengan materi pegantar pada perkuliahan phylosophy of mathematics education. Namun, pertama tama, kuliah dimulai dengan doa menurut keyakinan masing-masing.
Dalam pekuliahan pagi hari itu, Pak Marsigit menyampaikan beberapa hal. Yang pertama beliau sampaikan adalah tentang pentingnya komunikasi.
Ilmu apapun itu harus didasari dengan komunikasi yang baik. Kita sebagai makhluk hidup, harus selalu mengutamakan komunikasi dalam kondisi apapun, dimanapun, dan kapanpun. Komunikasi yang digunakan harus disesuaikan ke dalam konteks. Komunikasi pada saat ini harus selalu dilakukan mengingat kemudahan yang dibawa oleh kemajuan tekhnologi dalam bidang komunikasi. Dewasa ini komunikasi sangat dimudahkan dengan hadirnya berbagai tekhnologi yang mendukung bahkan dapat mendukung komunikasi tatap muka walau berda di dua tempat yang berbeda.
Kemudian, Pak Marsigit menyampaikan tentang kedudukan philosophy of mathematics education. Philosophy of mathematics education adalah filsafat pendidikan matematika. Filsafat bisa tentang apapun, salah satunya adalah filsafat pendidikan matematika. Filsafat dapat berisi tentang syntax-syntax dalam melakukan sesuatu. Objek filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Segala yang mungkin ada contohnya tanggal lahir seseorang yang belum diketahui, namun terdapat potensi untuk diketahui. Jika tangal lahir itu sudah diketahui, maka hal itu menjadi sesuatu yang ada, ada di dalam pikiran. Belajar secara filsafat adalah mengadakan segalah yang mungkin ada.
Tata cara dalam berfilsafat, sebelum mengembarakan pikiran, kita harus menancapkan dan menetapkan hati. Alat belajar filsafat adalah bahasa analog. Salah satu bahasa analog yang bisa dikembangkan adalah elegi. Dengan membaca elegi berarti kita sudah mulai belajar untuk menggunakan bahasa analog.
Mengembarakan pikiran dimaksud siap dalam menghadapi kekacauan dalam pikiran. Sekacau-kacaunya pikiran adalah calon ilmu. Namun, kekacauan pikiran tidak boleh turun menjadi kekacauan hati. 

Kemudian, Pak Marsigit menyampaikan metode yang akan digunakan dalam perkuliahan. Perkuliahan akan diisi dengan tatap muka, refleksi online, membaca referensi yang ada di blog Pak Marsigit, powermathematics.blogspot.co.id, membuat komentar pada artikel yang dibaca, dan tes jawab singkat. Tes jawab singkat tidak bertujuan untuk penilaian seperti tes pada umumnya, namun berfungsi untuk mengadakan apa yang mungkin ada.

0 komentar:

Posting Komentar

Search This Blog

Popular Posts

Recent Posts

Followers