Refleksi Kuliah Kedua Philosophy of Mathematics Education bersama Prof. Marsigit,M.A, Kelas Pendidikan Matematika Internasional di Ruang PPG 2, Selasa, 22 September 2015
Ikhlas Dalam
Belajar
Oleh : Agusti Eka
Dyah Larasati
Pertama-tama,
Prof. Marsigit menyampaikan bahwa belajar
filsafat itu membutuhkan dua keikhlasan
ikhas hati dan ikhlas
pikiran. Yang dinilai untuk mengukur keihlasan hati dan pikiran
tersebut adalah kehadiran, motivasi belajar (membaca artikel dan membuat
komentar), dan keseriusan. Dalam elegi-elegi Ritual Ikhlas yang ada di blog
powermathematics.blogspot.co.id telah dijelaskan prinsip-prinsip keikhlasan.
Ikhlas seharusnya harus didasari dengan ikhlas hati dan ikhlas pikir.
Dalam artikel yang berjudul elegi ritual ikhlas 38 : Menggapai Pikiran Ikhlas disebutkan bahwa Ikhlas dalam pikiran adalah kesiapan dalam meyusun anti-sintesis dari pengetahuan yang kita miliki serta membuat sintesis antara tesis dan anti-tesis. Keikhlasan adalah suatu yang besar, namun semua manusia harus berusaha untuk ikhlas, walaupun tidak akan ada manusia yang memiliki keikhlasan yang sempurna.Berbuat ikhlas memang sulit, namun ketika kita ikhlas dalam melakukan apapun, termasuk dalam belajar filsafat ini, maka apa ilmu yang kita dapat pun akan semakin membawa berkah bagi kita.
Dalam artikel yang berjudul elegi ritual ikhlas 38 : Menggapai Pikiran Ikhlas disebutkan bahwa Ikhlas dalam pikiran adalah kesiapan dalam meyusun anti-sintesis dari pengetahuan yang kita miliki serta membuat sintesis antara tesis dan anti-tesis. Keikhlasan adalah suatu yang besar, namun semua manusia harus berusaha untuk ikhlas, walaupun tidak akan ada manusia yang memiliki keikhlasan yang sempurna.Berbuat ikhlas memang sulit, namun ketika kita ikhlas dalam melakukan apapun, termasuk dalam belajar filsafat ini, maka apa ilmu yang kita dapat pun akan semakin membawa berkah bagi kita.
Dari
uraian tersebut menimbulkan pertanyaan, bagaimana
agar kita sebagai manusia bisa ikhlas?
Prof. Marsigit pun menjawab dengan memaparkan pengalaman hidupnya.
Salah satu penghambat munculnya keikhlasan adalah setan.
Maka untuk mencapai suatu keikhlasan, kita sebagaimanusia harus selalu
menghindar dari berbagai godaan setan. Cara untuk menghindar dari godaan setan
adalah dengan menguatkan bagian spiritual diri kita. Senantiasa mendekatkan
diri pada Allah Maha Esa, selalu memanjatkan doa agar selalu diberi
perlindungan terhadap godaan setan. Selalu
berusaha agar semua perbuatan yang dilakukan adalah karena cinta kepada Allah,
semua perbuatan ditujukan untuk menggapai ridho Allah.
Jika
belajar didasarkan untuk menggapai ridho Allah, kita tidak akan kecewa dengan
hasil belajar yang mungkin belum mencapai target, kita akan terus memperbaiki
hal tersebut. Begitu juga dengan belajar filsafat, jika dijalankan dengan
tujuan menggapai ridho Allah, maka belajar filsafat akan dijalani dengan serius
dan penuh motivasi. Selain itu, belajar filsafat tidak hanya akan menghasilkan
ilmu, melainkan manfaat-manfaat lain dan yang paling penting adalah berkah dari
Allah Yang Maha Esa.
Kesimpulannya
keikhlasan harus diperjuangkan dengan
istiqomah. Terus bekali diri dengan
ibadah-ibadah. Karena keikhlasan adalah modal utama dalam belajar apapun, tidak
hanya filsafat.
0 komentar:
Posting Komentar